4.9.12

Saat kamu menginginkan sesuatu, hal yang sangat kecil bisa membuatmu melompat kegirangan ataupun bimbang setengah mati. Setelah itu pilihannya hanya ada dua, entah harapan itu semakin menjadi atau kamu menjadi ragu akan keadaan, kemudian berhenti berharap.

Sebagian hati ingin terus berharap, meyakini bahwa akan ada kesempatan di masa depan, tetapi otak tidak membiarkan harapan itu pergi terlalu jauh, takut akan jatuh nantinya. Sebagian akan beranggapan kata hatilah yang patut didengar, tapi akal sehat menuntutmu untuk bersikap realistis.

2.9.12

Takut.

Di saat rasa ingin tahumu terkalahkan oleh rasa takut untuk menerima jawaban selain yang kamu harapkan. Takut bila ternyata pikiran kalian tidak sama. Di saat itu juga kamu sadar bahwa kamu tidak siap menerima kenyataan dan di saat itu juga kamu sadar bahwa kamu sudah mengambil kuda-kuda.

Munginkah kamu menyembunyikan rasa yang sama?
Mungkinkah aku yang ada di pikiranmu seperti kamu selalu tinggal dalam anganku?
Apakah napasmu tercekat saat melihatku?
Apakah terasa sakit di dadamu saat melihatku dengan orang lain?
Apakah kamu juga ingin terus bersamaku?
Apa yang ada di pikiranmu?
Bolehkah aku mengetahui isi hatimu?

Hanyalah segelintir pertanyaan yang muncul di kepalaku. Bukan karena penasaran, namun lebih karena aku ingin mengenalmu.